ketika usia..ehm..merindukan cinta

sebelumnya mohon maaf, beribu maaf..apabila postingan saya yang ini akan terkesan menohok *yellow, bahasanya?*, anda-anda yang saat ini sedang dilema dalam mengharapkan cinta.

loh-loh?kok bicara cinta?

ya nggak tahu kenapa tiba-tiba pengen menulis hal ini akibat beberapa DM yang masuk ke saya di akun twitter.

curhat beberapa teman di berbagai media, membuat saya gatal ingin menorehkan sesuatu yang saya tidak tahu apakah akan membawa manfaat atau tidak di sini. Boro-boro membawa manfaat, mungkin juga buat sebagian orang yang baca, rada kesinggung, pengen muntah, atau merasa menjadi subjek saya. wah-wah bukan itu, sungguh bukan itu maksudnya, namun lebih kepada opini pribadi saya tentang usia yang semakin bertambah namun belum juga menemukan belahan jiwa.

entah itu karunia atau rahmat, atau apalah *yang jelas saya sangat bersyukur karenanya* saya bukan orang yang dikenai masalah seperti yang saya torehkan disini. beberapa teman, yang usianya relatif sama dengan saya justru terlibat dengan masalah ini. mengingat usia yang mulai menginjak sepertiga abad, mulailah teman-teman saya itu bergerilya setengah mati.karena status kok masih “quo” aja gitu, berbagai macam cara dilakoni, mulai dari ikutan kegiatan kerohanian yang juga dikhususkan buat para pemuda, kegiatan sosial yang juga diisi oleh pemuda-pemuda, minta dikenalin sana-sini sama teman, melirik rekan-rekan sekantor tapi ternyata beda generasi, juga melirik teman dalam satu lingkaran pergaulan tapi nggak nemu chemistry, sampai mungkin akhirnya pasrah bila orang tua mau memperkenalkan diri dengan anak kolega atau relasinya.

I might be wrong, karena sekali lagi saya tidak terlibat dalam situasi seperti ini. alhamdulilah, cobaan yang diberikan Alloh pada saya bukan hal yang seperti ini. Namun, tentu Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang itu tahu bagaimana mengukur kesetiaan hambaNya. Saya juga dikarunia masalah yang menurut saya dari dulu sampai sekarang kok ya nggak kelar-kelar ya? Sama seperti teman-teman saya itu, saya juga berusaha setengah mati mengatasi masalah yang dikaruniai Alloh buat saya. Usaha A sampai Z sudah saya lakoni. Terus dipikirin dari pagi hingga mau tidur tengah malamnya. Diskusi sama suami, berupaya cari jalan keluar untuk masalah yang saya hadapi juga saya lakukan. Namun, tak kunjung datang jawaban atas masalah saya itu. Sampai suatu ketika, suami pun bilang pada saya dengan kata bijaknya. *aih, bijak, kayak orang tua jaman dulu dong ya?*

Menurut suami saya, kalau menginginkan sesuatu itu, harus dipertanyakan lagi, apakah yang demikian itu baik untuk diri kita atau tidak? Tidak perlu kita minta Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan, tapi justru pintalah kepadaNya apa yang sekiranya baik buat kita. Tidak perlu dipikirkan pagi, siang, sore malam untuk itu, tapi justru diupayakan berbagai cara dengan niat yang iklas untuk itu.

saya sempat merenung waktu suami saya bilang seperti itu. Mhhh…apa benar ya, selama ini saya terlalu mendikte Yang Kuasa untuk menentukan yang terbaik buat saya. Sampai-sampai di otak saya ini hampir hanya itu dan itu saja yang dipikirkan, tak ada yang lain? Lalu apa benar selama ini doa saya ikhlas dan tulus kepadaNya?

Perlahan, saya coba praktekan apa yang suami saya bilang. Semua saya tata ulang, semua saya rombak lagi, mulai dari doa, niat, usaha, dan juga hati saya terhadap hasil yang saya kerjakan. karena menurut saya, justru hati inilah yang paling penting di tata agar tidak menunjukkan sikap “terlalu” dalam mengharapkan sesuatu.
waktu pun berlalu, dan hasilnya???? oh tidak, semua masalah itu nggak hilang dalam sekejap. tapi setidaknya, sebagian dari usaha saya mulai membuahkan hasil. sedikit demi sedikit ada petunjuk buat saya menghadapi beban yang selama ini saya tanggung.

Nah, kembali ke urusan cinta-mencintaan itu. maafkan kalau saya berkata salah. tapi sekadar perenungan untuk anda-anda yang hingga saat ini belum menemukan tambatan hati, belum dipertemukan dengan tambatan hati maksudnya. mungkin perlu ditata ulang lagi, niat, usaha, tujuan dan cara anda dalam mencari “cinta” anda diluar sana. menurut saya, semakin kita mendengungkan masalah yang kita hadapi dengan manusia, justru semakin peliklah keadaaan yang akan kita jalani. karena manusia tidak bisa dijadikan tumpuan, harapan. justru, kalau mau curahkan saja semua keluh kesah anda padaNya, tanpa orang lain tahu. karena rasanya Dia akan lebih menjawab dengan caraNya yang indah dibandingkan dengan semua umat manusia di muka bumi yang sudah dari sononya di berikan Tuhan masalah sendiri-sendiri. mungkin juga perlu diingat, Tuhan tidak perlu didikte untuk menentukan kebahagiaan kita. Jadi misalkan cinta bertepuk sebelah tangan akan menagis ” Ya Alloh, kok usahaku tidak disambut sih?”, instead of..”Ya Alloh, kalau memang bukan dia untuk saya, tolong berikan yang lain yang lebih baik untuk saya”..

jangan lupa, buka mata dan hati lebar-lebar. I mean, jangan terlalu terpaku pada urusan hati, setiap ketemu kenalan baru, atau teman baru, atau punya chemistry terhadap seseorang yang baru, langsung membayangkan untuk bisa mendapatkannya. lebih baik, kenalilah “target” itu dengan wajar, apa adanya, tidak dibuat-buat, dan sederhana. rasanya, setiap orang kan tidak mau ya melihat orang yang dikasihinya hidup dalam kepura-puraan.

and, instead of wondering why “he/she” has not coming yet to your life, let’s have your life with happiness and gratefulness. karena saya percaya, “happines is your state of mind”, jadi kalau rasa sepi dan sendiri itu datang, hadapi saja dengan rasa syukur lain yang mungkin tidak dimiliki orang lain dalam hidup ini..

so, may you find your love in a beautifull way..

*DOH?berasa Mike Rose deh* 😀

One thought on “ketika usia..ehm..merindukan cinta

  1. Cinlok kantor sebisa mungkin dihindari, banyak godaannya hehhee. Kalau sedang saling marah, ketahuan teman. Lagi marah sama pasangan curhat ke teman, adanya bukan solusi didapat malah pengomporan diterima hehhhee

    Salam bentoelisan
    Mas Ben

Leave a reply to Mas Ben Cancel reply