teruntuk bumi dan isinya

foto milik istockphoto

harusnya postingan ini terbit kemarin pas dengan hari bumi, tapi apadaya koneksi internet aneh *bisa juga aneh dimari*, jadi ya baru diterbitkan hari ini…

Salah satu hal yang selalu ingin saya lakukan dari dulu adalah tinggal di luar negeri. Kenapa? Bukan karena sok-sok an pengen ngeksis di luar Indonesia ya, wong di kampung halaman ajah nggak ngeksis kok. Hehe.Tapi buat saya, tinggal di Indonesia itu sangat nyaman (diluar penghasilan ya?) dan meninggalkan zona kenyamanan itu perlu dilakukan di dalam hidup supaya kita bisa terus mencari dan mensyukuri nikmat yang telah dianugerahkan oleh Sang Maha Kuasa pada kita. Jadi tidak melulu mengeluh dan menggerutu tentang hal-hal yang diluar kendali kita, karena akan ada momen saat kita menyadari kalau yang kita miliki selama ini ternyata sudah merupakan karunia.

Dan sekarang mimpi saya itu kesampaian , alhamdulilah, walaupun ada resiko yang tentunya harus saya tanggung. Dalam pandangan saya, tinggal di Indonesia itu surga, dengan cuaca yang sangat melimpah ruah matahari (sampai kadang saya migren karenanya), makanan yang sangat variatif dan kaya rasa (dan sedikit njlimet ngebuatnya), beserta orang-orang yang sangat ramah dan menyenangkan. Namun, saya tidak bisa pungkiri kalau di satu sisi sangat membenci birokrasi negeri saya, tingkat kedisiplinan yang sangat rendah (yang saya juga termasuk di dalamnya), sampai kebersihan yang enggak banget di beberapa kota besar. Satu lagi, untuk muslim seperti saya, tinggal di Indonesia itu ya tidak memakan energy untuk memikirkan halal-haram makanan, kebiasaan beribadah,dan segala hal yang terkait di dalamnya. Tetapi saat saya berada di luar Indonesia, saya harus berpikir ekstra kalau mau menyantap hidangan, juga kalau mau beribadah, dan sebagainya. Kerap kali pun harus menjelaskan kenapa saya menggunakan pakaian seperti ini.

Being internationally commuted, dengan tanpa maksud menyombongkan diri, karena menurut saya itu hal yang wajar bagi kebanyakan penduduk di muka bumi ini, juga banyak membuka mata saya tentang bagaimana harus bersikap, beretika,berbicara, dan mengerti adat-istiadat si tuan rumah. Nah, disinilah hal yang perlu dicermati. Kalau saja setiap manusia bisa mengerti dan merasakan perbedaan yang sudah diciptakan dari sononya oleh Sang Khalik untuk keindahan, saya rasa tidak perlu ada lagi perang dan segala macam tingkah polah ekstrimis dengan kekaguman akan diri sendiri, agama sendiri, maupun bangsa sendiri. Menjadi komunitas internasional juga bukan mengagumi bangsa lain yang tentunya punya system dan teknologi yang jauh lebih canggih dari bangsa sendiri dan juga menjelekkan bangsa sendiri sedemikian rupa di depan bangsa lain. Menjadi komunitas internasional juga bukan cara untuk memamerkan kebahagiaan,kebanggan dan kekayaan karena telah menjadi pelawat di berbagai negara, menghasilkan uang yang berpuluh kali lipat di negeri orang, atau bahkan sudah mencatat prestasi di negeri orang mengalahkan penduduk setempat.

Buat saya, dengan menjadi bagian dari dunia, kita jadi berpikir bahwa kita tidak hidup sendiri di bumi yang makin renta ini. Bahwa ada kehidupan yang mungkin jauh lebih baik dan jauh lebih buruk dari yang kita alami hari ini. Bahwa ada kebudayaan yang mungkin kita pandang sebagai sesuatu yang tabu namun menjadi kemakluman bagi orang lain. Bahwa kita harus terbuka sedemikian rupa terhadap segala pandangan baik itu negative atau positif dari orang lain. Bahwa tidak selamanya negara kita benar dan tentu tidak juga negara kita selalu kurang dibandingkan negara lain yang lebih superior. Bahwa arogan bukanlah jawaban atas segala kekurangan dalam suatu kondisi.. Dan bahwa Tuhan telah menciptakan bumi dan mahluknya dengan sangat indah sehingga tak layak bagi kita untuk merusak keseimbangan di dalamnya. Tak sedikitpun….karena kita tak bisa mengalahkan hasil karyaNya..

Selamat Hari Bumi…………