posting tak berujung

Genap 5 bulan sudah saya tidak memposting satu tulisan sama sekali, yak memang saya blogger yang tidak konsisten, mohon dimaafkan..heuheu..
Alasannya selalu sama, nggak sempat, yang seharusnya diganti menjadi males. Tapi memang belakangan ini saya seperti kehabisan tenaga, ibarat handphone, maka baterainya sudah soak, yang setiap hari harus dicharge, dan setiap dipakai langsung ngedrop. *ini apa sih kok perumpamaan gadget begini?* đŸ˜›

Sempet kaget juga, lama nggak posting banyak yang menanyakan, kok nggak pernah ada tulisan lagi nih dari mpo? *jieh, ngerasa banget punya fans, alhamdulilah* ditimpuk masssa..Jadi, untuk menjawab kerinduan pembaca blog ini..*BLAH* saya sedikt menongolkan diri, tapi mohon maaf kali ini temanya nggak berat-berat ya, otak sudah terlalu penuh. Continue reading

Koran by heart–a review–

Untuk pertama kalinya, saya mau mereview film, tapi bukan film Hollywood ya. Soalnya lagi nggak selera sama film Hollywood. Lagian postingan ini ditujukan sebagai buah Romadhon kali ini buat pembaca. maksudnya saya sendiri gitu, soalnya saya cukup sadar blog ini kagak ada keren-kerennya.

Film yang akan saya review kali ini adalah film dokumenter yang di putar di HBO di summer series “Koran by heart” yang tayang musim panas ini di HBO. Thanks to my friend Winnie yang sudah menshare link film ini di facebook.
Kalau yang mau nonton silahkan di sini

Film dokumenter ini disutradari oleh Greg Barker, yang sudah lumayan mumpuni membuat film dokumenter seperti Sergio, Ghosts of Rwanda dan The Survival of Saddam. Walaupun begitu tayang 1 Agustus lalu (tepat ya sama 1 Romadhon) menuai cukup banyak kritik, namun buat saya pribadi film ini menyentuh kebutuhan mendasar, the divine speech–dalam kata lain perkataan dari Ilahi–. Untuk yang mau tahu lebih banyak tentang kritik si sutradara boleh baca di sini . Yang unik, justru menurut pengakuan si sutradara, film ini dibuat berdasarkan kebutuhan akan keingintahuannya tentang keadaan muslim masa kini, dengaan dominasi fundamentalis yang hampir tersebar luas di seluruh negara-negara berpenduduk Islam, dan muslim moderate. Nah isi film ini sedikit banyak merepresentasikan apa yang terjadi di kalangan muslim fundamentalis dan moderat tersebut.

Adalah tiga anak brillian, cerdas, berlatar belakang berbeda, terpisah benua yang mengikuti kontes recite Qur’an. Apa ya bahasa Indonesianya recite?. Kalo kata google translate sih membaca, tapi saya kurang sreg dengan artinya, mungkin melafazkan kali ya..Jadi ketiga anak berusia 10 tahun ini masing masing bernama Nabiollah dari Tajikistan, Rifdha dari Kepulauan Maldives, dan Djamil dari Senegal. Tapi karena kemampuan mereka menghafalkan Quran (Subhanaulloh), mereka ditunjuk oleh negara tersebut sebagai delegasi dalam ajang International Quran Recite Competition yang dilaksanakan di Kairo, Mesir. Continue reading

and the 3- begin

Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkankamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan. Kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan –QS. Al An’am : 60–

Tak ada yang spesial hari ini.
Semua berjalan sama, seperti biasa.
Matahari masih dengan setia bersinar, terbit dari timur ke barat.
Pagi tetap dikelilingi dengan kesegeraan.
Siang tetap dikelilingi kesibukan. Petang diwarnai kebahagiaan karena badan terpenuhi kebutuhannya setelah dahaga melanda.
Malam diselingi alunan ayat-ayat suci.

Tak ada yang berbeda, hanya detik yang tak akan kembali.
Hanya nafas yang mungkin belum menemui titik hentinya.
Namun, setiap hembusannya seakan menandakan, akan ada saat mereka tak lagi setia menemani.
Mereka akan pergi.

That I left my twenties already, remaining anything left?
Should I have my time in the way God want me to do?
Had I reflect all the blessed that I gain for the last 30 years appropriately?
As He created me as His creature.
Had I love my prophet Muhammad as he sacrificed many things for me as his ummah?

Dear God,
As I am too ashamed, asking you each and everyday, as I do not know to whom I supposed to cry out loud every night, as I only can rely on when I notice darkness cover my sight, Thank You…
And as I raise my hand to pray…I just notice that I could not say a thing at all, since I am sure You know what I had much deep in my heart.

kemerdekaan itu…..

Dirgahayu Indonesia…

Bangun pagi tadi, saya belum sadar kalau ini tanggal 17 Agustus. Maklumlah, di negeri orang, yang peringatan kemerdekaannya hanya di beberapa tempat, itu pun serba minimalis, semacam Kedutaan Besar RI di Tokyo atau Konsulat Jendral RI di Osaka misalnya. Selebihnya jangan harap liat umbul-umbul merah putih di mana-mana. Oh well, saya juga nggak mau ngomongin itu kok, soalnya saya nggak ikut upacara juga, karena baru hari ini masuk kerja setelah liburan musim panas seminggu kemaren, eh ini kok ngelantur ya..Mohon di maafkan..:P
Oh ya, kembali ke kesadaran saya bahwa hari ini adalah 17 Agustus. Kalau nggak liat cuap-cuap teman di jejaring social tuh, wah bener deh saya nggak sadar sekarang 17-an. Iseng-iseng saya liat isi twit teman saya satu-satu. Ada yang filosofis, membahas sejarah, ada yang skeptic, memandang kemerdekaan yang sudah 66 tahun ini kok tidak dirasakan kemerdekaannya, ada yang nganggep guyon, ada yang mengeluh karena nggak libur, ada yang heboh dengan segala atribut upacara kemerdekaan. Hihi, lucu sekali. Lumayan menambah wacana pola berpikir.

Nah, pada akhirnya saya bingung. Kalau saya, apa dong makna kemerdekaan buat saya?
Mhh, setelah berpikir sekian lama *ini lebay banget*, akhirnya saya sampai pada satu kesimpulan tentang kemerdekaan ini. Ini kemerdekaan ala saya loh ya. Menurut saya, hakikatnya manusia bukanlah mahluk yang merdeka. Continue reading

dan nyamuk pun bernyanyi

picture was taken from http://www.google.com/imgres?q=treehopper+membracidae&um=1&hl=en&client=firefox-a&sa=N&rls=org.mozilla:en-US:official&biw=1024&bih=578&tbm=isch&tbnid=Z4ZX_-6NeMinPM:&imgrefurl=http://rhamphotheca.tumblr.com/page/26&docid=p95LnNRNK5gSlM&w=500&h=345&ei=xU9JTrsd4-uYBa3anPMG&zoom=1&iact=hc&vpx=265&vpy=158&dur=372&hovh=128&hovw=171&tx=137&ty=101&page=12&tbnh=128&tbnw=171&start=161&ndsp=15&ved=1t:429,r:1,s:161

(gambar diambil dari sini )

Pernah dengar nyamuk bernyanyi? Saya pernah, terutama kalau tempat gelap, udara agak lembap dan hangat, dan terutama kalau kita belum mandi karena penglihatan nyamuk tidak setajam binatang-binatang lainnya. Hasil browsingan saya mengatakan kalau dalam jarak 10 meter, nyamuk banyak melihat “black-dot” atau titik hitam antara mata satu dengan mata yang lainnya. Oh ya sekadar mengingatkan, nyamuk itu punya mata faset, atau mata majemuk. Jadi matanya banyak gitu. Tapi, sebaliknya dalam jarak kurang dari 3 meter, mereka bisa merasakan kehadiran kita dengan menggunakan sensor panas yang terletak di dekat antena. Nah, sensitivitas ini meningkat seiring dengan meningkatnya kelembapan. Makanya, kalau badan kita dalam kondisi lembap, seperti belum mandi dan tinggal di daerah tropis , si nyamuk ini sering kali bernyanyi di telinga kita bukan?

 

Well, anyway ini bukan inti tulisan ini. Yang menarik, hari ini saya baru menemukan satu link di reader saya tentang bagaimana nyamuk ini jatuh cinta. Iya, jatuh cinta. Tapi ibarat cinta itu buta, justru sangat berpengaruh pada nyamuk. Continue reading